SEJARAH BERDIRINYA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI
Jemaat Pola Tribuana Kalabahi merupakan salah satu jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam wilayah Klasis Alor Barat Laut. Jemaat ini berdiri pada tanggal 10 Oktober 1911 bertepatan dengan Baptisan Kudus yang dilakukan oleh Pdt. William Bach (Ketua pertama Gereja Protestan di Timor) terhadap 28 orang di Kalambase (nama Kalabahi saat itu. Dibukanya Kalambase sebagai pusat pemerintahan Hindia-Belanda yang baru, setelah di Alor Kecil, bersamaan dengan itu pula, pekabaran Injil dan sekolah rakyat (Volkschool) dilaksanakan di Kalambase (Kalabahi).
Mereka yang dibaptis pada Kalambase saat itu berasal dari agama suku dan dari Agama Islam, antara antara lain Lambertus Mouata dan Mesakh Ouwpoly. Keduanya kemudian dikirim ke Ba’a untuk menjadi siswa STOVIL (sebuah perguruan teologi) dan menjadi guru sekolah dan guru jemaat (Inlandsleraar), yang kemudian menjadi Pendeta. Sedangkan yang berasal dari agama Islam adalah Umar Wabang yang dibaptis dengan nama Markus, Mohamad Polijahi yang dibaptis dengan nama Paulus, Burham Oramahi yang dibaptis dengan nama Bernadus dan Mohamad Malau yang dibaptis dengan nama Marthen. Orang-orang yang dibaptis merupakan hasil dari Pekabaran Injil oleh guru-guru sekolah.
Sekalipun tanggal 10 Oktober 1911 menjadi tonggak penting terbentuknya jemaat mula-mula di Kalambase, akan tetapi Jemaat Pola memiliki kebiasaan merayakan Hari Ulang Tahun Jemaat pada setiap tanggal 5 Mei. Penetapan ini didasarkan pada Ibadah Perdana Jemaat ini pada tanggal 5 Mei 1911 bertempat di sekolah rakyat (Volkschool). Letaknya yang strategis menjadikan Jemaat Kalabahi sebagai pangkalan pekabaran Injil di Alor-Pantar dan sebagai induk dari semua jemaat-jemaat di Alor-Pantar saat itu.
Pendeta pertama yang melayani di Alor Pantar dan berkedudukan di Kalabahi, juga sebagai Pendeta Jemaat Kalabahi yakni Pdt. J.H. Ten Carte. Sedangkan sebagai guru Volkschool, yakni Johannes. F. Tomodok, sekaligus sebagai guru jemaat saat itu yang pindah dari yakni Alor Kecil. Lokasi pertama bangunan Volkschool (SD GMIT 01 Kalabahi) yakni tepatnya di bangunan Dharma Wanita sekarang. Saat itu pula bangunan Volkschool menjadi tempat ibadah Jemaat Kalabahi selama 19 tahun lamanya. Pada tahun 1930 dibangun gedung ibadah di lokasi baru (lokasi gedung gereja saat ini) yang beratapkan sirap, lalu diganti dengan alang-alang, kemudian dengan seng. Baru tahun 1984 Jemaat Kalabahi memiliki gedung gereja yang besar dan berasitektur rumah adat Alor.
Selanjutnya mengenai nama “Pola Tribuana”, dapat dijelaskan bahwa, dalam rangka membantu Klasis-klasis di Alor-Pantar, Badan Kerja (gereja di Alor Pantar) menggunakan alat bantu komisi dan lembaga-lembaga pelayanan sesuai kebutuhan dan pergumulan jemaat. Berbagai pertimbangan dan perubahan pun dilakukan. Dibentuklah departemen-departemen dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing, yaitu Departemen Diakonia, Departemen Pekabaran Injili dan Pendidikan, Departemen Kemakmuran, dll. Namun dalam praktiknya dirasakan bahwa departemen–departemen yang telah ada bekerja tanpa suatu pola tertentu sebagai titik pijak guna menggerakan pelayanan jemaat. Karena itu pada tahun 1962 terjadi pertemuan para pendeta yang melatakkan Tata Bina seperti Pola Krida, Dasar Krida, dll. Pada kesempatan itu, Tata Bina yang ditetapkan telah disepakati untuk menetapkan jemaat-jemaat sebagai sebagai Pola Pembenihan, dalam arti bahwa jemaat dimaksud sebagai pembenihan pola-pola pelayanan yang akan disebarkan atau ditularkan ke seluruh wilayah pelayanan Alor-Pantar (Tribuana). Dua tahun menjadi bahan pergumulan dan tepatnya pada 01 Maret 1964 ditetapkan Jemaat Kota Kalabahi sebagai salah satu jemaat pembenihan sekaligus penabisan Majelis Gerejanya oleh para pelayan se-klasis Alor-Pantar.
Menyangkut wilayah pelayanan, disepakati bahwa Jemaat Pola Pembenihan meliputi jemaat-jemaat yang berada di sekitar Teluk Kabola (Teluk Mutiara) sebelah Timur berbatasan dengan Watatuku dan sebelah Barat berbatasan dengan jemaat Seialel. Karena terlampau luas maka wilayah Jemaat Pola Pembenihan dipersempit dari Lipa di sebelah Timur dan Buom (Buono) sebelah Barat. Inilah perbatasan Jemaat Pola Pembenihan pada mulanya.
Berturut-turut pendeta yang melayani di Jemaat Kalabahi, baik Pendeta dari luar maupun pribumi terdiri dari Pdt. J.H. Ten Carte, Pdt. A. N. Binkhuijzen, Pdt. L. J. Hehanusa, Pdt. A.A. Van Dalen, Pdt. W. Akkerman, Pdt. A. A. Vermeulen, Pdt. A. Boekenkruger, Pdt. Johanes Feunikes, Pdt. B. Van der Wallen, Pdt. G. W. Mollema, Pdt. M. Molina, Pdt. Origenes Adoe, Pdt. Lambertus Mouata, Pdt. Petrus Doeka, Pdt. Gerson Haan, Pdt. J. Pisdon, Pdt. L.D. Jobo, Pdt. Joesoef Augusthinus Adang, Pdt. B. L. Belli, Pdt. D. A. Anie, Pdt. B. Luase, Pdt. N.W. Lahal, Pdt. Chistofel Karel Dakamoly, Pdt. J. F. Wetangterah, Pdt. S. L. Oiladang, Pdt. Th. Kartunggu, Pdt. F. Pulinggomang, Pdt. Simson Jehuda Sumaa, Pdt. Jan Adonia Pering, Pdt. Zakarias Umbu Tamu, Pdt. Welmintje Maleng, Pdt. Dina Margaretha Meler, Pdt. R. O. Serangmo, Pdt. Petrus bani, Pdt. Selfina Beryha Adriana Meza-Tauk, Pdt. Edison Sailana, Pdt. Boy R. Takoy, Pdt. Orni Halenain Laukamang, Pdt. Jakobus Pulamau, Pdt. Julius Kallawaly, Pdt. Wempy Bilistolen, Pdt. Ishak Batmalo, Pdt. Dorkas Sir, Pdt. Marthen Lakalet, Pdt. Desi Millu, Pdt. Melsiana Tadjilena, Pdt. Yersi Dethan, Pdt. Loisa Blegur (Pendeta Pembantu di RSU Kalabahi).
Saat ini jumlah anggota jemaat, berdasarkan sensus Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Pelayanan Jemaat (BP4) Pola Tribuana Kalabahi, Agustus 2021, sebanyak 5.656 jiwa dan 1.460 kepala keluarga yang tersebar pada 7 rayon dan 25 kelompok. Sebagai jemaat yang berada di pusat kota, Jemaat Pola Tribuana Kalabahi memiliki anggota jemaat yang terdiri dari ragam etnis, bahasa, budaya dari berbagai tempat menyatu dalam persekutuan sebagai jemaat Tuhan.