Oktober 18, 2025
Pdt. Semuel Viktor Nitti, M. Th (Keempat dari ki-ka) bersama Pdt. Melsi dan Pdt. Welly serta UPP Litmuger, beberapa anggota Majelis Jemaat lainnya, seusai Sharing Bersama tentang Ibadah dan Musik Gereja (16/10/2025)

Bertempat di gedung kebaktian Jemaat Pola Tribuana Kalabahi, Kamis (16/10/2025), Unit Pembantu Pelayanan (UPP) Liturgi dan Musik Gereja Jemaat Pola Tribuana Kalabahi mendapatkan sharing ilmu dari Pdt. (Emr.) Semual Viktor Nitti, M. Th. Hadir dalam kegiatan tersebut, Pdt. Melsiana M. Tadji Lena, M. Th dan Pdt. Welly M. S-Peringmang, M. Th. Dari Litmuger yang hadir, yakni Ibu Cinta G. Y. Millu, Ibu Afli Lau Serang, Ibu Elisabet Takalapeta-M, Ibu Novita Pratiwi Malaikosa, Ibu Herudiana Loban, Ibu Safferina Millu,  Bapak Junus D. Jaha, Ibu Junitha E. Ill Olang. Selain itu kegiatan tersebut dihadiri juga antara lain Wakil Sekretaris Majelis Jemat, Ketua BP4J Pola Tribuana, Ketua UPP dan anggota Kaum Bapak, angota Infokomul, dan Pengajar PAR.

Pendeta Nitti yang juga adalah mantan Wakil Ketua Majelis Sinode GMIT dalam materinya mengatakan bahwa, ibadah dalam gereja protestan merupakan respons tulus jemaat terhadap kehadiran Allah melalui penyembahan dan ketundukan. Umumnya ibadah memiliki tata cara yang meliputi persiapan, votum salam, penyembahan melalui nyanyian dan doa, pembacaan Alkitab, khotbah, pengakuan dosa dan pengampunan, persembahan, serta diakhiri dengan doa penutup dan berkat.

Ibadah yang baik menurut Pendeta Nitti sesungguhnya dipersiapkan dua minggu sebelum. Misalnya bila ibadah dilaksanakan tanggal 19 Oktober 2025 maka persiapan sudah harus dimulai pada Sabtu, 04 Oktober 2025. Begitu pula lagu-lagu yang akan dinyanyikan sudah harus diumumkan 1 sampai 2 minggu sebelum, sehingga jemaat bisa berlatih. Ibadah Protestan menempatkan mimbar pada posisi, yakni berada di depan, berada di tengah, dan berada lebih tinggi. Ini memiliki makna teologis: mimbar sebagai penanda kehadiran Allah dalam ibadah umat. Posisi mimbar di depan menunjukkan umat harus menampatkan Allah di depan kehidupannya. Begitu pula mimbar berada di tengah menunjukkan umat harus menghadirkan Tuhan di tengah-tengah kehidupan. Dan mimbar berada lebih tinggi mengandung makna, bahwa umat harus menempatkan Tuhan sebagai yang paling tinggi dalam kehidupan, yang berkuasa atas langit dan bumi.

Sementara menyangkut nyanyian, Pendeta Nitti yang juga merupakan Direktur Umum UBB GMIT mengatakan, perlu dipahami bahwa setiap nyanyian dalam ibadah merupakan nyanyian jemaat, bukan nyanyian pendeta atau nyanyian song leader. Mengapa? Nyanyian merupakan respons jemaat atas kehadiran Allah bagi umat-Nya. Karena nyanyian sebagai tanggapan jemaat maka sudah semestinya jemaat menguasai setiap lagu yang dinyanyikan. Musik dalam ibadah, hanya sebagai pengiring, bukan yang utama. Apakah itu jenis musik seperti piano, organ, atau gitar, atau gong, dll, sehingga suara musik tidak boleh lebih keras daripada suara jemaat. Sebab yang utama adalah  nyanyian jemaat. Begitu pula song leader atau pemimpin pujian hanya memandu jemaat untuk bernyanyi dengan baik dan benar. Pemandu lagu bertugas memastikan jemaat dapat berpartisipasi aktif dalam nyanyian dengan panduan tempo, ketukan, dan melodi yang benar, terutama saat menyanyikan lagu-lagu baru atau jarang dinyanyikan, sehingga jemaat dapat bernyanyi dengan benar.  Jadi, yang utama adalah jemaat yang bernyanyi, bukan suara song leader yang mendominasi atas suara  jemaat.

Pengisi liturgi seperti paduan suara maupun vocal group atau solo, posisinya harus menghadap ke mimbar bukan menyamping, apalagi membelakangi. Karena mimbar sebagai pusat, dan tanda kehadiran Allah dalam ibadah. Karena itu, musik merupakan bagian dari ibadah.  Sharing yang dimulai pada pukul 18.00 berakhir pada pukul 19.30 wita itu mendapat antusius, ditandai dengan sejumlah peserta yang mengajukan pertanyaan kepada Pendeta Nitti. Kegiatan sharing diakhiri dengan ramah tamah bersama. (FAK).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com