April 26, 2024

—-Di Ibadah Pembukaan HUT Ke-21 Persekutuan Doa GMIT—-

Bertempat di Gedung kebaktian Jemaat GMIT Pola Tribuana Kalabahi acara pembukaan perayaan HUT ke-21 PD GMIT tahun 2022 berlangsung dan dihadiri oleh Wakil Sekretaris Majelis Sinode GMIT, Bupati Alor bersama isteri, Ketua BP Persekutuan  Doa GMIT, para Ketua Klasis, dan lebih 500 jemaat yang terdiri dari peserta dari utusan Klasis-Klasis di GMIT dan Jemaat Pola Tribuana Kalabahi.

Kebaktian pembukaan yang dipadukan dengan kebaktian ke-3 minggu itu dipimpin oleh Pdt. Mery Djami, Ketua Majelis Jemaat Pniel Kolana, Klasisi Alor Timur. Dalam khotbah yang diambil dari Kitab Habakuk 2: 1-13 itu, Pdt. Mery mengatakan, bahwa Tuhan yang kita sembah, bukan saja sebagai Tuhan Yang Maha Kasih, akan tetapi juga Maha murka. Tuhan mengasihi kita, tetapi Ia bisa murka terhadap kita, karena kita gagal melaksanakan kehendak-Nya. Bekerjalah dengan sekuat tenaga dengan apa pun yang kamu dapatkan, setiap hari sekuat tenaga, karena kamu akan mati. Jadi, pakai waktu dengan sekuat tenaga, betul-betul total dan maksimal. Kita kerja bukan untuk hidup, karena kita sudah hidup, makanya kita kerja. Jadi, kita hidup, kita kerja, karena besok kita akan mati. Kita tidak mau waktu hidup kita sia-sia. Sama juga, kita beribadah bukan supaya dapat berkat, tetapi lebih dewasa dan naik kelas. Lebih lanjut Pdt. Meri mengatakan, Persekutuan Doa merupakan penopang gereja.

Minimal ada 3 beban doa yang selalu didoakan setiap hari, yakni 1) mendoakan bangsa dan negara, 2) gereja dan pekabar-pekabar Injil di mana-mana dengan berbagai media, dan 3) bencana alam, orang susah, orang sakit, dan seterusnya. Kita sering bermain-main dengan waktu sekarang. Bicara tentang hari kemurkaan Tuhan adalah sesuatu yang benar-benar pasti terjadi. Bukan hanya soal kiamat, tetapi kiamat-kiamat kecil itu sudah ada, kita lihat perang, kita lihat bencana, kita lihat orang-orang gereja juga melakukan hal-hal yang tidak pantas.

Pdt. Mery melanjutkan, saat ini, apa yang tertulis dalam Alkitab sebagai dosa hari kiamat, dosa-dosa amoral yang tidak pernah kita bayangkan, sekarang benar-benar terjadi. Apakah itu masalah seks, keuangan, banyak sekali dosa, baik itu di tubuh pemerintah, di tubuh gereja, dan masyarakat, terlalu banyak dosa. Karena itu, ingat! Waktu murka sudah sangat dekat. Sama seperti, ketia Sefanye bernuat di Yehuda, banyak orang senyum-senyum saja, 50 tahun kemudian baru terjadi. Tetapi saudara perhatikan hal ini. Saudara, orang seperti masih terus hidup seenaknya dalam dunia ini. Terlalu banyak kita yang masih acuh tak acuh.

Pdt. Mery bertanya? Berapa banyak kaki dian yang sudah tutup. Dulu dapat visi harus ada kaki dian, tetapi kemudian sudah tidak ada lagi. Beberapa kaki dian malah sudah tutup. Bersemangatlah dan bertumbuhlah, ajak Pdt. Mery. Kita terlalu acuh tak acuh dengah agenda-agenda Tuhan. Ini agenda-agenda sorgawi di bumi untuk apa? Mempersiapkan kita untuk hari kemurkaan, sekiranya kita bisa dihitung sebagai sisa Israel. Kita tidak turut binasa pada hari kemurkaan yang akan terjadi. Akan ada hari kemurkaan yang kita tidak tahu. Apakah gempa bumi, sunami, atau wabah, kita tidak tahu. Kita perlu mempersiapkan diri, sekiranya kita selamat. Di sini ayat Firman bilang, “jika orang benar saja tidak selamat, apalagi apa yang terjadi dengan orang fasik atau orang berdosa”. Sekiranya Saudaraku yang saya kasihi.

Kita tidak bisa main-main lagi! Dua puluh satu tahun, kita harus semakin serius membangun hubungan dengan Tuhan. Carilah Tuhan, carilah pribadi-Nya. Kita sudah tidak bisa lagi, yang penting ramai, karena ibadah itu bukan pertunjukkan. Ibadah itu bukan acara, ibadah itu penyembahan, itu intim, antara hati kita dengan Pencipta kita. Kita harus bertanya, apakah saya adalah orang yang acuh tak acuh?

Pdt. Mery melanjutkan, kita sudah 400-an tahun mengalami reformasi dalam gereja, tetapi hidup kita masih jauh asap dari panggang, kita masih jauh dari kebenaran. Suara kita seperti suara orang yang berseru di padang gurun dan tidak ada satu pun yang mau berubah. Gereja dengan tinggi hatinya, gereja dengan dia punya kadang-kadang. Kadang adil, kadang tidak adil. Kadang adil tetapi kadang tidak adil, itu sama dengan tidak adil. Banyak orang miskin misalnya, seharusnya beberap orang sudah dikasih makan oleh gereja, harusnya demikian. Tidak ada lagi yang terlalu miskin, tidak ada lagi yang susah modal seharusnya. Seharusnya kita punya badan diakonat yang sangat baik, kitab isa bangun Gedung gereja yang bagus, bangun ekonomi dengan lebih baik. Kita benar-benar bisa bergandengan tangan untuk Alor Kenyang, Alor Sehat, dan Alor Pintar. Gereja bisa, Persekutuan Doa bisa. Untuk keadilan, untuk kerendahan hati, dan untuk segala sesuatu yang disukai Tuhan sekiranya, kita bisa fokus ke hal-hal seperti itu. Sekiranya mungkin kita bisa ditentukan sebagai yang selamat, pada saat hari kemurkahan Tuhan. Baik murka, maupun berkat, baik untung maupun berkat, asal datangnya dari Tuhan. Anak-anak percaya, akan tetap baik-baik saja. Daud bilang, “lebih baik jatuh di tangan murka Allah dari pada jatuh di tangan kebinasaan.” Tutup Pdt. Mery dalam khotbah berdurasi 15 menit tersebut. (KAF)    

1 thought on “<strong>Pdt. Mery Djami:  Kemurkaan Allah Itu Sebuah Kepastian</strong>

  1. Khotbah yg sangat terberkati karna ada banyak rahasia2 baru yg disampaikan kk Ipen Medja say😘🙏 bahkan rasanya Tuhan yg sedang bicara langsung….. Tuhan trus pakai kk utk trus menjadi berkat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

PHP Code Snippets Powered By : XYZScripts.com